Catatan Pinggir
Perkenalan pertamaku dengan beliau adalah ketika beliau mengisi acara pengajian rutin bulanan yang aku ikuti di Aceh. Waktu itu aku malah belum tahu sama sekali siapa beliau.
Namun tutur beliau yang cerdas, penuh isi dan menusuk hati, sungguh membuatku kagum.
Ketika kemudian seorang kawan baik mengenalkanku dengan Tarbawi, barulah aku paham siapa beliau adanya. Dan seperti layaknya mungkin semua orang yang suka membaca Tarbawi, tulisan beliau tidak pernah aku lewatkan.
Aku sendiri tak kenal dekat dengannya selain lewat tulisan-tulisannya tersebut, namun betapa sedihnya ketika mengetahui bahwa mungkin mulai minggu depan aku tidak akan dapat lagi menemui tulisan-2 itu.
Karya beliau mungkin telah berhenti, namun aku yakin amal dan semangat beliau akan terus hidup dalam diri setiap pejuang kebaikan berikutnya.
Aku sendiri iri akan perjuangan beliau, entah kapan diri ini bisa mengikuti jejaknya.
Selamat jalan ya Ustadz.
Rahmat dan Berkah Allah atasmu.
Friday, June 17, 2005
Wednesday, June 08, 2005
Khaerunisa
Jikalau seorang Khaerunisa harus meninggal dalam gerobak kotor tua milik ayahnya yang seorang pemulung.
Dan ketika sang Ayah harus menggendongnya dari Tebet menuju Bogor dengan KRL hanya untuk memakamkan sang anak.
Jika berita itu memang benar adanya.
Maka apalagi yang bisa kita hadapkan ke Ilahi?
Muka kita yang tak tahu malu ini?
atau Hati kita yang sudah tidak peduli?
Kalaupun kisah itu tidak benar,
tugas kita bersama untuk menjaganya dari keterjadian.
Dan ketika sang Ayah harus menggendongnya dari Tebet menuju Bogor dengan KRL hanya untuk memakamkan sang anak.
Jika berita itu memang benar adanya.
Maka apalagi yang bisa kita hadapkan ke Ilahi?
Muka kita yang tak tahu malu ini?
atau Hati kita yang sudah tidak peduli?
Kalaupun kisah itu tidak benar,
tugas kita bersama untuk menjaganya dari keterjadian.
Subscribe to:
Posts (Atom)