Tuesday, September 06, 2005

Bedahlah Rumahku Doaku Untukmu

Catatan Pinggir

Bedahlah Rumahku Doaku Untukmu


Haru.

Itulah selalu yang kurasakan setiapku menyaksikan tayangan reality show Bedah Rumah. Apalagi ketika melihat tangis bahagia dan sujud syukur yang dilakukan para pemilik rumah yang dibedah.

Bedah Rumah, memang menampilkan suatu hal yang berbeda. Dan aku pribadi tidak terlalu mau tahu motif apa yang mendasari pembuatan acara realita itu, bagiku yang mereka lakukan terlalu mulia untuk kupersoalkan lagi.

Hanya bisa berharap tayangan seperti itu diperbanyak lagi, mungkin dengan skala lebih besar lagi. Bosan rasanya melihat tayangan-tayangan yang melulu mengedepankan nilai jual _tanpa_ memandang sisi manfaat ataupun mudharatnya.

Aku sendiri, ini pelajaran berharga. Penuh hikmah yang bisa diambil. Misalnya, bahwa ternyata menjual sesuatu itu tidak perlu selalu menggunakan cara-cara kurang kreatif yang hanya mengandalkan nafsu.

Hikmah lainnya, misalnya, ternyata masih ada orang-orang yang memiliki jalan hidup lebih penuh perjuangan dari jalanku. Dan aku yakin, mereka (meminjam istilah Mas Koen) __jauuhhhh___ lebih berhak stress dari diriku.

Bersyukur rasanya, bahwa ternyata masih ada yang peduli, dan mau bergerak untuk mengulurkan tangan.

Do'aku ya Allah, tolonglah mereka yang menolong hamba-Mu.


Aku jadi malu.

Jakarta, 8 Agustus 2005.