Jikalau seorang Khaerunisa harus meninggal dalam gerobak kotor tua milik ayahnya yang seorang pemulung.
Dan ketika sang Ayah harus menggendongnya dari Tebet menuju Bogor dengan KRL hanya untuk memakamkan sang anak.
Jika berita itu memang benar adanya.
Maka apalagi yang bisa kita hadapkan ke Ilahi?
Muka kita yang tak tahu malu ini?
atau Hati kita yang sudah tidak peduli?
Kalaupun kisah itu tidak benar,
tugas kita bersama untuk menjaganya dari keterjadian.
Wednesday, June 08, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Salam,
Aku sampai tidak membaca cerita mengenai Khaerunnisa. Hanya mendengar kisahnya dari mulut seorang teman membuatku kelu. Apakah manusia sekarang sudah demikian tenggelam dalam materi, hingga tak ada ruang bagi kemanusiaan? Lebih senang perang daripada kedamaian? Dan bagiku pribadi, apakah lebih baik sembunyi dari kenyataan daripada menghadapi kenyataan yang menyakitkan?
Salam hangat,
Yuti Ariani
Post a Comment