Let's... talk about Love.
Dulu waktu masih agak ingusan, dan masih sering kesandung dalam menempuh hidup (bukannya sekarang udah gak pernah kesandung lagi, masih lumayan sering kok) dan ketika segalanya masih terasa seperti dalam mimpi, aku pikir aku tahu apa itu Cinta. Cinta adalah gairah. Cinta adalah keinginan. Cinta adalah rasa. Cinta, waktu itu, terasa indah dan mengawang-awang.
Well then, apa yang aku rasa sekarang soal Cinta?
Aku pikir, aku rasa, sekarang, Cinta adalah tanggung-jawab. Cinta adalah ketidakegoisan. Cinta tidak lagi terasa berada diawang-awang ketika dekat dengannya, terasa indah hanya bila sedang bertegur sapa. Sebaliknya Cinta buatku saat ini, terasa begitu membumi. Begitu hidup dalam tiap hari yang aku jalani.
Begitu terasa bahwasanya kekuatan Ilahi, ada dibalik setiap cinta.
Monday, November 17, 2003
Tuesday, November 11, 2003
People oftenly misunderstood the meaning of freedom.
Free will is a gift to helps us assure that our life is always in the correct path.
And not the other way around.
Masalahnya sekarang, orang pikir, dengan kehendak bebas, kita menjadi bebas menuruti segala hawa nafsu yang ada. Padahal jika dicermati lebih dalam, hawa nafsu justru ikatan. Ikatan diri, ikatan batin untuk dapat menjadi bebas sebebas-bebasnya. Bebas dalam bertindak, bebas dalam beribadah, menuju cinta Ilahi.
Gak percaya? Coba rasakan. Jika hawa nafsu sedang membara, tidakkah kita terasa terbelenggu untuk mengikuti keinginannya. Keinginan hawa nafsu. Bukan keinginan kita yang sebenarnya. Keinginan fitrah kita. Jadi orang-orang yang bebas menuruti hawa nafsunya justru adalah orang-orang yang paling nggak bebas. Paling terpenjara.
Sedangkan orang-orang yang berjalan menuju cahaya, dengan mengendalikan hawa nafsunya, adalah orang-orang yang bebas merdeka. Dengan kekuatan dan bantuan Ilahi, mereka lepaskan belenggu hawa nafsu, mereka genggam dunia, dan terbang ke langit tujuh.
Pertanyaannya sekarang. Termasuk dalam golongan manakah kita?
Golongan orang-orang yang terikat? atau orang-orang yang bertekad?
Semoga latihan yang diberikan Ramadhan kali ini, dapat membebaskan kita pada sebelas bulan perjuangan nanti.
Ya Allah, mudahkanlah jalan yang lurus itu.
Amin.
Free will is a gift to helps us assure that our life is always in the correct path.
And not the other way around.
Masalahnya sekarang, orang pikir, dengan kehendak bebas, kita menjadi bebas menuruti segala hawa nafsu yang ada. Padahal jika dicermati lebih dalam, hawa nafsu justru ikatan. Ikatan diri, ikatan batin untuk dapat menjadi bebas sebebas-bebasnya. Bebas dalam bertindak, bebas dalam beribadah, menuju cinta Ilahi.
Gak percaya? Coba rasakan. Jika hawa nafsu sedang membara, tidakkah kita terasa terbelenggu untuk mengikuti keinginannya. Keinginan hawa nafsu. Bukan keinginan kita yang sebenarnya. Keinginan fitrah kita. Jadi orang-orang yang bebas menuruti hawa nafsunya justru adalah orang-orang yang paling nggak bebas. Paling terpenjara.
Sedangkan orang-orang yang berjalan menuju cahaya, dengan mengendalikan hawa nafsunya, adalah orang-orang yang bebas merdeka. Dengan kekuatan dan bantuan Ilahi, mereka lepaskan belenggu hawa nafsu, mereka genggam dunia, dan terbang ke langit tujuh.
Pertanyaannya sekarang. Termasuk dalam golongan manakah kita?
Golongan orang-orang yang terikat? atau orang-orang yang bertekad?
Semoga latihan yang diberikan Ramadhan kali ini, dapat membebaskan kita pada sebelas bulan perjuangan nanti.
Ya Allah, mudahkanlah jalan yang lurus itu.
Amin.
Wednesday, November 05, 2003
Bagaimana sih kisah-kisah Nabi, disaat-saat pribadinya, atau berdua sama Jibril, bisa sampai ke kita? Kan nggak mungkin Nabi sendiri yang cerita-cerita sama temen-temennya waktu itu, "Eh, ane ketemu ame Jibril waktu itu, terus dia bilang begini ... ... ... ". Nggak kan? Kecuali mungkin pertemuan tersebut, memang perlu dibicarakan sama orang-orang lainnya. Karena membawa hikmah, misalnya.
Jadi? Ini teoriku,
Nabi pasti bikin semacam sistem blogger juga waktu itu. Catatan harian beliau. Kemana beliau simpan? Waktu itu tentunya belum ada blogger.com ataupun geocities kan? Bagaimana dengan Istri-istri beliau? tentunya sebagai pasangan hidup, merekalah tempat yang paling tepat untuk kita ajak berdiskusi, bukan?
Dan terbukti, Aisyah r.a. adalah salah seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi.
Jadi? Ini teoriku,
Nabi pasti bikin semacam sistem blogger juga waktu itu. Catatan harian beliau. Kemana beliau simpan? Waktu itu tentunya belum ada blogger.com ataupun geocities kan? Bagaimana dengan Istri-istri beliau? tentunya sebagai pasangan hidup, merekalah tempat yang paling tepat untuk kita ajak berdiskusi, bukan?
Dan terbukti, Aisyah r.a. adalah salah seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi.
Dalam sempit dan lapang.
Salah satu prinsip Islam yang aku tahu adalah berbuat dengan standar yang sama dikala sempit dan lapang.
Jika kita lagi senang, dan menjadi begitu dermawan, maka jangan kurangi kadar kedermawanan kita itu dikala kita sempit. Ubah bentuknya jika perlu, tapi jangan kurangi.
Begitu juga dalam berdoa mengharap Ridha Allah, kekhusyu'an yang kita dapatkan dikala sempit, dikala derita terasa menghimpit, hendaknya tetaplah kita jaga, dikala kebahagiaan melimpah.
Salah satu prinsip Islam yang aku tahu adalah berbuat dengan standar yang sama dikala sempit dan lapang.
Jika kita lagi senang, dan menjadi begitu dermawan, maka jangan kurangi kadar kedermawanan kita itu dikala kita sempit. Ubah bentuknya jika perlu, tapi jangan kurangi.
Begitu juga dalam berdoa mengharap Ridha Allah, kekhusyu'an yang kita dapatkan dikala sempit, dikala derita terasa menghimpit, hendaknya tetaplah kita jaga, dikala kebahagiaan melimpah.
Tuesday, November 04, 2003
Problemnya,
jika suatu repeater alias pengulang (penguat sih sebetulnya) sinyal musti mengarahkan sinyal hasil ulangannya kearah yang sama dengan sinyal yang dia ulang, maka bisa terjadi forever love... antara sinyal yang masuk dengan sinyal yang keluar. Forever love (baca: loop) ini membuat sinyal yang diulang jadi percuma, gak bisa dipake sama ponsel.
Jadi gimana solusinya?
Wah lumayan repot sih ... melibatkan banyak senang-senang naik turun tower.
Sekali waktu malah, pas perginya sama Mirza, aku berhasil maksa dia untuk ngiketin antena repeater ke badannya, terus daku minta dia untuk mindahin posisi satu antena repeater itu beberapa meter kebawah. Dan satu antena lagi ke beberapa meter diatasnya. Tuker posisi.
Hi..hi...
jika suatu repeater alias pengulang (penguat sih sebetulnya) sinyal musti mengarahkan sinyal hasil ulangannya kearah yang sama dengan sinyal yang dia ulang, maka bisa terjadi forever love... antara sinyal yang masuk dengan sinyal yang keluar. Forever love (baca: loop) ini membuat sinyal yang diulang jadi percuma, gak bisa dipake sama ponsel.
Jadi gimana solusinya?
Wah lumayan repot sih ... melibatkan banyak senang-senang naik turun tower.
Sekali waktu malah, pas perginya sama Mirza, aku berhasil maksa dia untuk ngiketin antena repeater ke badannya, terus daku minta dia untuk mindahin posisi satu antena repeater itu beberapa meter kebawah. Dan satu antena lagi ke beberapa meter diatasnya. Tuker posisi.
Hi..hi...
Monday, November 03, 2003
Suatu malam di Pulau Weh
Pulau Weh, seperti namanya, adalah sebuah pulau berbentuk mirip hurup weh, sayang aku nggak bisa insert image disini. Tapi liat aja deh di peta. Gampangnya mungkin begini bentuknya 'W' nah itu dia. Tapi agak miring kekiri. Terus, sisi paling sebelah kanan atas itu kota Sabang. So called Kilometer Nol ada di sisi paling atas sebelah kiri.
Nah waktu itu, aku mesti ngurus supaya Gapang Cottage dapat sinyal yang lebih baik dari biasanya. Gapang cottage itu ada dideket kilometer nol, cuman masih agak ditengah.
Susahnya kan, Gapang itu terletak agak jauh dari kota Sabang. Sebetulnya posisinya pas di seberang Sabang sih, tapi gak pas-pas bener. Terus lagi, BTS kami terletak di Batee Tamon, sebuah bukit yang posisinya sebetulnya malah agak-agak lawan arah dengan Sabang, dan dikanan Gapang, cuman ketutupan beberapa buah bukit lagi.
Jadi bagaimana Gapang dapat sinyalnya?
Ada repeater disana. Dan inilah letak kesulitannya, repeater itu ditempatkan diposisi agak jauh dari pantai dan kalau diitung dari pantai, dia letaknya setelah Cottage. Sedangkan Cottage dan pantainya menghadap ke Sabang. Jadi repeater itu musti menguatkan sinyalnya kembali ketempat dimana sinyal itu datang ...
Bisa liat gak problemnya?
Pulau Weh, seperti namanya, adalah sebuah pulau berbentuk mirip hurup weh, sayang aku nggak bisa insert image disini. Tapi liat aja deh di peta. Gampangnya mungkin begini bentuknya 'W' nah itu dia. Tapi agak miring kekiri. Terus, sisi paling sebelah kanan atas itu kota Sabang. So called Kilometer Nol ada di sisi paling atas sebelah kiri.
Nah waktu itu, aku mesti ngurus supaya Gapang Cottage dapat sinyal yang lebih baik dari biasanya. Gapang cottage itu ada dideket kilometer nol, cuman masih agak ditengah.
Susahnya kan, Gapang itu terletak agak jauh dari kota Sabang. Sebetulnya posisinya pas di seberang Sabang sih, tapi gak pas-pas bener. Terus lagi, BTS kami terletak di Batee Tamon, sebuah bukit yang posisinya sebetulnya malah agak-agak lawan arah dengan Sabang, dan dikanan Gapang, cuman ketutupan beberapa buah bukit lagi.
Jadi bagaimana Gapang dapat sinyalnya?
Ada repeater disana. Dan inilah letak kesulitannya, repeater itu ditempatkan diposisi agak jauh dari pantai dan kalau diitung dari pantai, dia letaknya setelah Cottage. Sedangkan Cottage dan pantainya menghadap ke Sabang. Jadi repeater itu musti menguatkan sinyalnya kembali ketempat dimana sinyal itu datang ...
Bisa liat gak problemnya?
Terus pulang dari Jakarta ke Aceh juga nggak kalah enaknya lho.
Kali ini aku iseng, pingin naik bus. Gimana sih rasanya?
Pas pertama naik, dari Rawamangun, aku sengaja nunggu sampai busnya mau berangkat baru aku masuk, soalnya bawaan memang cuman sedikit. Dan aku pikir enakan nunggu di terminal yang ramai orang, daripada dalem bus.
Ketika sudah naik, clingak-clinguk kiri kanan, cari nomor bangkuku. Ah, itu dia kataku. Namun, tepat pada saat itu juga, aku tertegun. Orang yang duduk disebelahku, agak besar, gede deh pokoknya, hitam manis, dan kupingnya hilang satu. Bakal seru nih pikirku. Baca bismillah, terus duduk.
Sampai di jalan tol Jakarta Merak, what do you know, kami mulai beramah-tamah. Nggak inget, aku duluan yang mulai apa abang itu. Yang jelas, prasangka-prasangka tadi itu langsung hilang. Abang itu baek juga. Dia cerita dia mau pulang ke Palembang, abis kerja nukang di Jakarta.
Kami cukup akrab berbicara, juga selama perjalanan di ferry Merak-Bakaheuni.
Terus aku jadi sadar, memang prasangka itu nggak baik. It makes you do things to someone based on your prejudice. Dan akhirnya, kamu akan rugi sendiri. Bisa kehilangan hikmah yang mungkin kamu dapatkan tanpa prasangka itu.
Oh iya tentang kupingnya itu, ternyata kepotong waktu abang tersebut bekerja menyelesaikan proyek pemasangan pipa kilang minyak di Lhokseumawe.
Kali ini aku iseng, pingin naik bus. Gimana sih rasanya?
Pas pertama naik, dari Rawamangun, aku sengaja nunggu sampai busnya mau berangkat baru aku masuk, soalnya bawaan memang cuman sedikit. Dan aku pikir enakan nunggu di terminal yang ramai orang, daripada dalem bus.
Ketika sudah naik, clingak-clinguk kiri kanan, cari nomor bangkuku. Ah, itu dia kataku. Namun, tepat pada saat itu juga, aku tertegun. Orang yang duduk disebelahku, agak besar, gede deh pokoknya, hitam manis, dan kupingnya hilang satu. Bakal seru nih pikirku. Baca bismillah, terus duduk.
Sampai di jalan tol Jakarta Merak, what do you know, kami mulai beramah-tamah. Nggak inget, aku duluan yang mulai apa abang itu. Yang jelas, prasangka-prasangka tadi itu langsung hilang. Abang itu baek juga. Dia cerita dia mau pulang ke Palembang, abis kerja nukang di Jakarta.
Kami cukup akrab berbicara, juga selama perjalanan di ferry Merak-Bakaheuni.
Terus aku jadi sadar, memang prasangka itu nggak baik. It makes you do things to someone based on your prejudice. Dan akhirnya, kamu akan rugi sendiri. Bisa kehilangan hikmah yang mungkin kamu dapatkan tanpa prasangka itu.
Oh iya tentang kupingnya itu, ternyata kepotong waktu abang tersebut bekerja menyelesaikan proyek pemasangan pipa kilang minyak di Lhokseumawe.
Subscribe to:
Posts (Atom)