Terus pulang dari Jakarta ke Aceh juga nggak kalah enaknya lho.
Kali ini aku iseng, pingin naik bus. Gimana sih rasanya?
Pas pertama naik, dari Rawamangun, aku sengaja nunggu sampai busnya mau berangkat baru aku masuk, soalnya bawaan memang cuman sedikit. Dan aku pikir enakan nunggu di terminal yang ramai orang, daripada dalem bus.
Ketika sudah naik, clingak-clinguk kiri kanan, cari nomor bangkuku. Ah, itu dia kataku. Namun, tepat pada saat itu juga, aku tertegun. Orang yang duduk disebelahku, agak besar, gede deh pokoknya, hitam manis, dan kupingnya hilang satu. Bakal seru nih pikirku. Baca bismillah, terus duduk.
Sampai di jalan tol Jakarta Merak, what do you know, kami mulai beramah-tamah. Nggak inget, aku duluan yang mulai apa abang itu. Yang jelas, prasangka-prasangka tadi itu langsung hilang. Abang itu baek juga. Dia cerita dia mau pulang ke Palembang, abis kerja nukang di Jakarta.
Kami cukup akrab berbicara, juga selama perjalanan di ferry Merak-Bakaheuni.
Terus aku jadi sadar, memang prasangka itu nggak baik. It makes you do things to someone based on your prejudice. Dan akhirnya, kamu akan rugi sendiri. Bisa kehilangan hikmah yang mungkin kamu dapatkan tanpa prasangka itu.
Oh iya tentang kupingnya itu, ternyata kepotong waktu abang tersebut bekerja menyelesaikan proyek pemasangan pipa kilang minyak di Lhokseumawe.
Monday, November 03, 2003
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment