Wednesday, January 17, 2007

Ever After, a Cinderella Story, or is it?

Alkisah ada seorang anak perempuan pemberani, bernama Danielle de Barbarac. Setting di Perancis sekitar tahun 1500-an.

Cerita dimulai dengan kisah ketika ia kehilangan ayahnya sewaktu masih belia dan terpaksa harus hidup bersama ibu dan saudara tirinya. Ibu kandungnya telah lebih dahulu wafat.

Danielle tumbuh menjadi wanita yang tegar, berwatak keras agak sedikit tomboy. Namun demikian ia punya prinsip luhur yang selalu dipegang kokoh. Tidak mau ditindas begitu saja, dan selalu berusaha membela kaum miskin dan lemah.

Cerita di-fast-forward sedikit,
Danielle berusaha membebaskan seorang miskin yang ditangkap karena mencuri dan akan dijual ke amerika oleh pihak kerajaan sebagai hukumannya. (Menarik untuk diingat bahwa waktu itu amerika adalah tempat buangan yang dibenci sekaligus ditakuti orang).

Ketika ia sedang berdebat dengan prajurit pengawal, pangeran yang sedang keliling negri datang, dan perdebatan diantara keduanya pun terjadi. Sang pangeran bertanya, mengapa menurut Danielle si tawanan itu harus dibebaskan.

Dan ini yang menarik buatku, Danielle menjawab, aku re-phrase sedikit dengan kata-kata ku sendiri berdasarkan ingatan yang sudah mulai penuh ini ya:

"Ketika sebuah negeri tidak memberikan sarana dan prasarana untuk rakyatnya, memberikannya kesejahteraan dan pendidikan yang layak, "

"ketika kemudian rakyat itu tumbuh dengan pengetahuan dan kesejahteraan yang minim, dan mereka melakukan kejahatan karenanya, "

"maka siapakah yang harusnya ditangkap? Rakyat itu atau sang Penguasa negeri? Siapakah sebenarnya si penjahat itu?"

Pangeran tercekat, tak bisa menjawab.
Dan akhirnya tawanan itu pun dibebaskan.

Cerita selanjutnya sebagaimana kisah Cinderella, setelah melewati berbagai aral melintang, they live happily ever after.

---

Dialog itu menyentakkan. Menggugat.

Siapakah sesungguhnya (yang telah menjadi) penjahat itu?

Namun kenyataan masa kini sebetulnya lebih menyentak lagi. Ketika kesempatan sebetulnya terbuka lebar, tapi jalan yang ada seringkali penuh rintangan, hingga membuat langkah menuju pintu itu pun tersendat atau bahkan terhalang.

Orang sosialis-komunis mungkin akan teriak "Pemerintah menyengsarakan rakyat! Pengangguran meningkat, harga-harga kebutuhan pokok membengkak!".

Namun para kapitalis (yang seringkali didukung pemerintah karena mungkin punya lebih banyak sumber daya) juga bisa balas mencemooh: "Kalian saja yang tidak pandai memanfaatkan kesempatan, lebih sering merusak daripada membangun. Pemalas-pemalas yang harusnya bersyukur kami masih mau membiayai sistem yang menyokong kehidupan kalian!".

Can't we all take one step back?
Measure ourselves, what went wrong?

Or we will just let the sad fact that Evil,
no matter how we fight it,
will always prevails...

I hope the answer is an optimistic no, we will never rest to continue refine and improves our lives.

And that evil, shall not prevail!

No comments: