Selamat datang ke dunia ekonomi.
Dunia dimana persepsi, bukan realita, menggerakkan dunia.
Beberapa catatanku soal kejatuhan pasar modal di bursa Indonesia hari ini:
- Investor gugup karena merasa ketinggalan selama libur minggu kemarin
- Minim kepercayaan terhadap kesaktian undang-undang bailout AS.
- Jelas minim juga kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi
- Menariknya, kejatuhan 10% di IHSG, sebagian besar disumbangkan oleh jatuhnya saham-saham grup Bakrie. Memang lucu sich, BUMI saja, kadang-kadang bisa menyumbang 1/2 dari total transaksi di bursa. Itu kan jelas-jelas langkah spekulasi para opportunist. Namanya saja opportunis kapitalis, begitu kesempatan hilang, kami, err.... mereka..., lari, langsung dech, jatuh kayak jambu.
Perlu diingat, bahwa dalam pasar modal, dan pasar apapun, setiap transaksi selalu melibatkan 2 pihak, penjual dan pembeli. Jadi, walaupun banyak yang membuang sahamnya dengan harga murah, ternyata masih ada yang menampungnya. Masih ada spekulasi penuh harap dan optimisme disitu. Get them while they're low, kata Warren Buffet.
Sekarang, apa sich arti kejatuhan ini buat ekonomi kita? Coba-coba lagi analisa dengan pengetahuan terbatasku, please CMIIW dong...
Pertama, kira-kira gimana sich pasar saham bekerja? Mungkin begini kali ya:
- Waktu kita beli saham, uang kita itu dikirimkan ke perusahaan yang menjual sahamnya dan jadi tambahan modal usaha mereka. Kita sendiri jadi bagian dari ribuan orang pemilik perusahaan itu. Walaupun pemilik, kalo saham kita dikit, ya belum tentu punya suara. Kalau ngomong pun belum tentu didengerin.
- Uang modal itu sendiri, biasanya sich gak cuman dibiarkan tumbuh berbunga mekar mewangi sepanjang hari begitu saja. Setelah cukup modal terkumpul, maka proyek-proyek pun dijalankan.
- Proyek-proyek itu, baik berupa peningkatan produksi, penguasaan lahan baru, peluncuran produk baru, ataupun lainnya, biasanya bertujuan untuk meningkatkan keuntungan.
- Keuntungan yang didapat, nantinya akan diomongin bareng-bareng, mau kita apain? Balikin jadi tambahan modal, atau mau dibagiin jadi jatahnya para pemilik? Kalo dibagi pada para pemilik, tiap-tiap pemegang saham akan terima jatah dividen yang telah ditentukan per-lembar sahamnya. Jadi kalo kita punya 1000 lembar saham, dan dividen per-lembarnya 100 perak, maka kita dapat total dividen 100ribu (sebelum pajak).
- Kalo untung? Kalo rugi? Nah aku belum tahu banyak soal ini. Yang pasti sich gak bakal dapat dividen. Kudengar-dengar, ada juga kewajiban menambah modal (saham) bagi pemegang saham (tertentu atau semua?) bila kerugian dialami.
- Jadi kita cuman untung dari dividen? Well, gak gitu juga. Karena ternyata kepemilikan saham kita itu bisa kita jual pada pembeli lain dengan harga lebih tinggi (atau lebih rendah). Keuntungan jadi berganda bila harga saham kita naik, setelah kita terima dividen :-)
Nah kalo pasar saham jatuh kayak jambu seperti hari ini, sebetulnya apa coba dampaknya buat kehidupan muggle sehari-hari? Kira-kira begini kali ya:
Karena modal jadi berkurang, bisa jadi proyek-proyek banyak yang gagal. Atau berhenti setengah jalan. Akibatnya bisa jadi pengangguran, ataupun penurunan produksi. Kalau konsumsi tetap jalan terus dan meningkat sementara produksi berkurang, bisa bayangin apa yang terjadi kan?
- Pertama, tentunya, bila supply menurun dan demand meningkat, maka salah satu mekanisme koreksi ataupun penyeimbangnya adalah kenaikan harga.
- Kalo sembako yang harganya naik? Maka lebih banyak lagi orang yang antri sembako. Kasus gizi buruk bisa meningkat. Belum lagi efek-efek kejiwaan yang mungkin timbul.
- Kalo sudah sembako yang naik, maka bisa dipastikan krisis ini akan merambah kemana-mana, politik, sosial, budaya, hankam, dll. Tambah serem ya.
Apa iya kita sudah musti takut? Toh yang jatuh 'cuman' pasar saham, pasar ciputat sama pasar cipete kan gak terpengaruh dong? Hmm... mungkin iya, mungkin tidak (lihat juga poin soal sembako diatas). Pertanyaannya musti diubah sedikit, apa arti krisis ini bagi pasar ciputat?
Banyak sisi sich:
- Peningkatan pengangguran ataupun penurunan pendapatan perkapita akan membuat belanja orang ke pasar ciputat berkurang.
- Pada jangka pendek, akan banyak orang yang berbondong-bondong pindah ke super dan hyper-market, sekedar untuk memanfaatkan kartu kreditnya agar bisa bertahan hidup. Ini artinya ekonomi mungkin akan terlihat tetap bergerak sehat seperti biasa pada awalnya, namun ketika hutang konsumsi ini tak terbayarkan. Maka krisis kredit macet seperti di Amerika bisa terjadi disini.
- Ketatnya kucuran kredit ataupun tingginya bunga kredit (baik dari perbankan maupun dari tengkulak) akan menjadikan pedagang kecil dan menengah jadi susah bergerak dan berkurang lagi pendapatannya. Terus pengangguran bisa nambah lagi, terus... ahh.
Iya memang sekarang ini, masanya untuk bersikap waspada.
Kalau punya duit, menabunglah, walau sedikit, dan jangan hanya menabung, pilihlah tabungan yang paling menguntungkan. Karena kalau kita 'hanya' menabung, dapat bunga hanya 2% pertahun, sementara inflasi mencapai 14% dalam setahun, maka uang kita pada dasarnya berkurang, tidak bertambah.
Kalau punya duit agak banyak, menabung dan belilah asset berharga. Bisa emas, bisa tanah, bisa rumah kontrakan, atau apapun. They could really save your life when the worst came up.
Kalau tidak punya apa-apa? Bekerjalah dengan keras dan sebaik-baiknya. Sudah hukum Tuhan bahwa yang terbaik akan datang kepada mereka yang bersiap.
Sungguh saat ini bukan saatnya untuk berleha-leha dan terlena.
No comments:
Post a Comment