Tuesday, December 09, 2003

Kemarin aku baca di koran Tempo.
Edisi kapan ya? Lupa. Tapi kayaknya edisi minggu lalu.

Intinya begini, ada siswa-siswa SMU di Jawa (mana ya? kok lupa lagi. ada yang bisa ngasih inget? email ke arief_mulya@yahoo.com ya. tia.), anyway, back to topic, mereka bikin keripik dari bonggol pisang. Dan hasilnya mereka kirim ke lomba industri apa gitu yang dilaksanakan oleh departemen apa gitu. Maaf ya, I'm not being very informative today.

Intinya yang mau dibilang sih, ide-ide kayak gitu, biasanya aku miliki juga (paling nggak itulah kata seorang kawan hari ini), namun, sampai sekarang, belum ada satupun yang go nasional apalagi benar-benar berguna seperti punya adik-adik hebat itu.

Jadi agak-agak optimis dengan masa depan Indonesiaku ini.

Monday, November 17, 2003

Let's... talk about Love.

Dulu waktu masih agak ingusan, dan masih sering kesandung dalam menempuh hidup (bukannya sekarang udah gak pernah kesandung lagi, masih lumayan sering kok) dan ketika segalanya masih terasa seperti dalam mimpi, aku pikir aku tahu apa itu Cinta. Cinta adalah gairah. Cinta adalah keinginan. Cinta adalah rasa. Cinta, waktu itu, terasa indah dan mengawang-awang.

Well then, apa yang aku rasa sekarang soal Cinta?
Aku pikir, aku rasa, sekarang, Cinta adalah tanggung-jawab. Cinta adalah ketidakegoisan. Cinta tidak lagi terasa berada diawang-awang ketika dekat dengannya, terasa indah hanya bila sedang bertegur sapa. Sebaliknya Cinta buatku saat ini, terasa begitu membumi. Begitu hidup dalam tiap hari yang aku jalani.

Begitu terasa bahwasanya kekuatan Ilahi, ada dibalik setiap cinta.

Tuesday, November 11, 2003

People oftenly misunderstood the meaning of freedom.
Free will is a gift to helps us assure that our life is always in the correct path.
And not the other way around.

Masalahnya sekarang, orang pikir, dengan kehendak bebas, kita menjadi bebas menuruti segala hawa nafsu yang ada. Padahal jika dicermati lebih dalam, hawa nafsu justru ikatan. Ikatan diri, ikatan batin untuk dapat menjadi bebas sebebas-bebasnya. Bebas dalam bertindak, bebas dalam beribadah, menuju cinta Ilahi.

Gak percaya? Coba rasakan. Jika hawa nafsu sedang membara, tidakkah kita terasa terbelenggu untuk mengikuti keinginannya. Keinginan hawa nafsu. Bukan keinginan kita yang sebenarnya. Keinginan fitrah kita. Jadi orang-orang yang bebas menuruti hawa nafsunya justru adalah orang-orang yang paling nggak bebas. Paling terpenjara.

Sedangkan orang-orang yang berjalan menuju cahaya, dengan mengendalikan hawa nafsunya, adalah orang-orang yang bebas merdeka. Dengan kekuatan dan bantuan Ilahi, mereka lepaskan belenggu hawa nafsu, mereka genggam dunia, dan terbang ke langit tujuh.

Pertanyaannya sekarang. Termasuk dalam golongan manakah kita?
Golongan orang-orang yang terikat? atau orang-orang yang bertekad?

Semoga latihan yang diberikan Ramadhan kali ini, dapat membebaskan kita pada sebelas bulan perjuangan nanti.

Ya Allah, mudahkanlah jalan yang lurus itu.
Amin.

Wednesday, November 05, 2003

Bagaimana sih kisah-kisah Nabi, disaat-saat pribadinya, atau berdua sama Jibril, bisa sampai ke kita? Kan nggak mungkin Nabi sendiri yang cerita-cerita sama temen-temennya waktu itu, "Eh, ane ketemu ame Jibril waktu itu, terus dia bilang begini ... ... ... ". Nggak kan? Kecuali mungkin pertemuan tersebut, memang perlu dibicarakan sama orang-orang lainnya. Karena membawa hikmah, misalnya.

Jadi? Ini teoriku,
Nabi pasti bikin semacam sistem blogger juga waktu itu. Catatan harian beliau. Kemana beliau simpan? Waktu itu tentunya belum ada blogger.com ataupun geocities kan? Bagaimana dengan Istri-istri beliau? tentunya sebagai pasangan hidup, merekalah tempat yang paling tepat untuk kita ajak berdiskusi, bukan?

Dan terbukti, Aisyah r.a. adalah salah seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi.
Dalam sempit dan lapang.
Salah satu prinsip Islam yang aku tahu adalah berbuat dengan standar yang sama dikala sempit dan lapang.

Jika kita lagi senang, dan menjadi begitu dermawan, maka jangan kurangi kadar kedermawanan kita itu dikala kita sempit. Ubah bentuknya jika perlu, tapi jangan kurangi.

Begitu juga dalam berdoa mengharap Ridha Allah, kekhusyu'an yang kita dapatkan dikala sempit, dikala derita terasa menghimpit, hendaknya tetaplah kita jaga, dikala kebahagiaan melimpah.

Tuesday, November 04, 2003

Problemnya,
jika suatu repeater alias pengulang (penguat sih sebetulnya) sinyal musti mengarahkan sinyal hasil ulangannya kearah yang sama dengan sinyal yang dia ulang, maka bisa terjadi forever love... antara sinyal yang masuk dengan sinyal yang keluar. Forever love (baca: loop) ini membuat sinyal yang diulang jadi percuma, gak bisa dipake sama ponsel.

Jadi gimana solusinya?
Wah lumayan repot sih ... melibatkan banyak senang-senang naik turun tower.
Sekali waktu malah, pas perginya sama Mirza, aku berhasil maksa dia untuk ngiketin antena repeater ke badannya, terus daku minta dia untuk mindahin posisi satu antena repeater itu beberapa meter kebawah. Dan satu antena lagi ke beberapa meter diatasnya. Tuker posisi.

Hi..hi...

Monday, November 03, 2003

Suatu malam di Pulau Weh

Pulau Weh, seperti namanya, adalah sebuah pulau berbentuk mirip hurup weh, sayang aku nggak bisa insert image disini. Tapi liat aja deh di peta. Gampangnya mungkin begini bentuknya 'W' nah itu dia. Tapi agak miring kekiri. Terus, sisi paling sebelah kanan atas itu kota Sabang. So called Kilometer Nol ada di sisi paling atas sebelah kiri.

Nah waktu itu, aku mesti ngurus supaya Gapang Cottage dapat sinyal yang lebih baik dari biasanya. Gapang cottage itu ada dideket kilometer nol, cuman masih agak ditengah.

Susahnya kan, Gapang itu terletak agak jauh dari kota Sabang. Sebetulnya posisinya pas di seberang Sabang sih, tapi gak pas-pas bener. Terus lagi, BTS kami terletak di Batee Tamon, sebuah bukit yang posisinya sebetulnya malah agak-agak lawan arah dengan Sabang, dan dikanan Gapang, cuman ketutupan beberapa buah bukit lagi.

Jadi bagaimana Gapang dapat sinyalnya?
Ada repeater disana. Dan inilah letak kesulitannya, repeater itu ditempatkan diposisi agak jauh dari pantai dan kalau diitung dari pantai, dia letaknya setelah Cottage. Sedangkan Cottage dan pantainya menghadap ke Sabang. Jadi repeater itu musti menguatkan sinyalnya kembali ketempat dimana sinyal itu datang ...

Bisa liat gak problemnya?



Terus pulang dari Jakarta ke Aceh juga nggak kalah enaknya lho.

Kali ini aku iseng, pingin naik bus. Gimana sih rasanya?
Pas pertama naik, dari Rawamangun, aku sengaja nunggu sampai busnya mau berangkat baru aku masuk, soalnya bawaan memang cuman sedikit. Dan aku pikir enakan nunggu di terminal yang ramai orang, daripada dalem bus.

Ketika sudah naik, clingak-clinguk kiri kanan, cari nomor bangkuku. Ah, itu dia kataku. Namun, tepat pada saat itu juga, aku tertegun. Orang yang duduk disebelahku, agak besar, gede deh pokoknya, hitam manis, dan kupingnya hilang satu. Bakal seru nih pikirku. Baca bismillah, terus duduk.

Sampai di jalan tol Jakarta Merak, what do you know, kami mulai beramah-tamah. Nggak inget, aku duluan yang mulai apa abang itu. Yang jelas, prasangka-prasangka tadi itu langsung hilang. Abang itu baek juga. Dia cerita dia mau pulang ke Palembang, abis kerja nukang di Jakarta.

Kami cukup akrab berbicara, juga selama perjalanan di ferry Merak-Bakaheuni.
Terus aku jadi sadar, memang prasangka itu nggak baik. It makes you do things to someone based on your prejudice. Dan akhirnya, kamu akan rugi sendiri. Bisa kehilangan hikmah yang mungkin kamu dapatkan tanpa prasangka itu.

Oh iya tentang kupingnya itu, ternyata kepotong waktu abang tersebut bekerja menyelesaikan proyek pemasangan pipa kilang minyak di Lhokseumawe.

Friday, October 31, 2003

Pernah jalan lintas Sumatera dari Aceh ke Jakarta?


Tahun 1998-an dulu (apa 1999 ya?), pas lebaran waktu itu.
Aku pulang dari Aceh ke Jakarta, ikut sama bapak-bapak baik dari Telkom yang kebetulan juga mau pulang ke Jkt naik mobil sendiri. Aku diajak, ayo kata mereka, mereka juga senang karena jadi ada yang bisa ikut gantian nyupir.

Tapi waktu itu aku udah keburu beli tiket bus, Aceh-Jkt. Terus bapak-bapak itu juga mau mampir dulu di Langsa. Jadinya kami janjian ketemuan di Medan. Tiket bus-ku kutuker jadi Aceh-Medan. Waktu itu ada dua mobil, tapi mobil kedua baru ketemu di Pekanbaru.

Alkisah, dipedalaman Hutan-hutan antara Pekanbaru dan Jambi, daku bareng sama mobil kedua. Dan kali ini daku yang nyupir. Bapak itu keliatannya udah capek banget, jadi pas gantian, dia langsung tidur di bangku kopilot. Yang kayaknya beliau gak sadari waktu itu, aku juga udah ngantuk banget... soalnya waktu aku yang jadi kopilot, aku gak berani tidur. Malu.

Nah, ngantuk ini mulai bikin masalah buatku ketika jalanan-jalanannya mulai sepi. Licin dan berlumpur. Mobil bagus itu sempat selip keluar jalur beberapa kali, tapi tenang aja, dia selalu back on track pada waktunya kok. Dan bapak itu tetap tertidur dengan pulasnya.

Aku yakin waktu itu pertolongan Allah aja yang bikin kami bisa selamat sampai di Jambi. Abis Jambi, kembali bapak itu (udah seger) yang ngambil kemudi. Dan kali ini aku nggak malu-malu lagi. Tidur pules di sebelahnya.

Thursday, October 30, 2003

IPX judulnya ...

Internetwork Packet Exchange, salah satu aturan komunikasi antar perangkat komputer yang dikembangin sama Novell, dari protokol IDP koleksinya Xerox Network System. Rupanya dia ini penyebab printer Xeroc DC 400 yang bagus yang terletak pas disebelah kubikelku itu gak mau ngejawab order.

Jadi gini, printer itu kan bisa buat scanner juga, walaupun hitam putih. Cuman cara kerjanya lain dari scanner biasa. Dia nggak begitu saja mengirimkan dokumen yang dia scan ke komputer kita (bisa sih, tapi yang ini aku belum tahu dimana installer software-nya). Konfigurasi defaultnya dia cuman akan menyimpan dokumen yang telah dia scan (apa sih padanan Indonesia-nya?) kedalam harddisk lokal. Terus bisa diambil di komputer klien dengan sebuah software spesial yang judulnya Mailbox Viewer.

Karena pernah setup yang ginian untuk seorang teman dulu, aku, dengan pedenya, bilang sama seorang teman yang lain lagi, aku bisa membuat scanner tersebut bekerja untuk dia. (Kan mudah pikirku, tinggal install Mailbox Viewer, dah.) Tapi ujian pertama datang, installer MV itu gak ketemu. Setelah bolak-balik kesana kemari, nanya sama Qq, akhirnya dapet. Dah seneng deh. Tapi ntar dulu...

Pas dijalanin, Mailbox Viewer ternyata pakai IPX, dia scanning network nya terus gak ngasih satupun ID printer itu. Ada sih banyak printer lain yang nongol, tapi bukan printer yang dituju. Nasib. Kenapa ya? Pikirku ini pasti sekarang diprinternya. Balik lagi baca manualnya. Nggak ketemu. Udah, coba utak-atik sendiri aja. Ketemu. Ada menu judulnya IPX yang isinya disable. Mungkin ini dia. Aku enable, printernya diam sebentar terus ngasih sinyal siap lagi.

Kembali ke komputer teman itu, dan, voila, it works.

Kapok ah norak sama orang.
Ngutak-atik mainan baru ...

Capek juga ya, kalo ngobrol nggak pakai bahasa ibu. Kerasa kurang natural gitu.
Tapi hari ini, aku udah main-main sedikit sama blogger ini. Jadi tahu caranya ngerubah tampilan, ngedit tampilan, dan lainnya. Masih pakai template orang sih, soalnya males bikin template sendiri, lagi pusing sama prediksi-prediksi nih...

Printer Xerox tu kok susah ya?

Wednesday, October 29, 2003

Another post ...

Mita likes to know, if I create another log, what will the web shows ...
But I don't like the idea of entering just a few words at my logs.
So what can we write now?

Actually I wonder about this, too. So let's just do it...
Errr...

Hi everybuddy...
Finally got my way down here ...

At first, I just want to test howto create a (free, ofcourse ;-) weblog system ...
A friend ask me about this. Being the guy who seems to knows everything about computer and internet (please LOL.. ), the friend came to me.

And I, didn't want to ruin that nice impressions, finally drag myself here...

What do I know?
I'm having fun already... ;-)